JLF (Jadam Liquid Fertilizer) atau pupuk cair JADAM, sedang menjadi sorotan. Para penanam organik sangat antusias dengan konsep pembuatan pupuk cair  ini. Hal itu karena, cara pembuatan JLF sangat mudah dan bahan bakunya juga bisa dikatakan ada di mana-mana. Tetapi, bagaimana dengan efektivitasnya? Apakah teruji dalam praktik? Saya akan membahasnya dalam tulisan ini.

Prinsip Pembuatan JLF

Teknik pembuatan pupuk cair organik ala JADAM sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teknik pembuatan pupuk cair  yang selama ini sudah dikenal, yaitu menggunakan bahan berupa limbah organik, lalu direndam air selama minimal 7 hari. Hal yang membedakannya adalah beberapa unsur berikut:

1. Pupuk organik cair ala JADAM memakai humus daun ataupun leaf mold (daun yang sudah terurai hingga menyerupai tanah) yang ada di bawah pepohonan sebagai tambahan mikroorganisme pengurainya dan bukan mikroorganisme produksi pabrik seperti EM4. Dan akan lebih baik jika tanah humus/leaf mold diambil dari lokasi yang dekat dengan hutan.

Alasan JADAM menggunakan tanah humus, karena di dalamnya terdapat mikroorganisme yang sangat beragam dan bahkan jauh lebih kaya dibandingkan mikroorganisme lokal ataupun EM4.

2. POC Jadam tidak menggunakan gula sebagai tambahan makanan bakteri pengurai. Alasannya, gula akan membuat POC menjadi lebih asam. Sementara itu, keasaman lahan bertanam justru akan merugikan para petani/penanam.

3. POC Jadam justru menganjurkan pemakaian garam krosok atau garam laut kasar dalam jumlah sangat sedikit, untuk menambah mineral di dalam POC. Kadar garam yang dimasukkan tak lebih dari 1 sdm untuk setiap 10 liter air.

4. Selain sisa buah yang membusuk ataupun kulit buah, bahan baku POC  bahkan bisa berupa rerumputan atau gulma yang terlihat tumbuh subur dan sempurna. Menurut Mr. Youngsang Cho (pendiri JADAM), tumbuhan yang tumbuh sempurna adalah indikator bahwa di dalamnya sudah terkandung keseimbangan nutrisi makro (NPK) dan bahkan mikro.

Keempat  hal tersebutlah yang menjadi ciri khas POC Jadam yang membedakannya dengan cara pembuatan POC pada umumnya.

Efektivitas JLF untuk Tanaman

Saya termasuk yang penasaran dengan efektivitas JLF ini, sehingga saya mencoba membuatnya dengan bahan baku yang ada di kebun saya. Saya pakai campuran daun komfrey, daun pepaya, kulit pisang, dan gulma yang terlihat subur dan gemuk, plus bahan lain yang dianjurkan JADAM. 

Ada dua karekateristik dari POC Jadam yang mungkin perlu saya sampaikan, yaitu, PH-nya tinggi,  yaitu antara 7-8. Ketika dicampur air biasa, PH ada di kisaran 6,5-6,7 karena bercampur dengan air yang PH-nya lebih kecil.  Kadar PH tersebut tergolong ideal untuk tanaman yang ditanam dengan media tanah. Karakter kedua adalah sedikit berbau. Hal itu berasal dari aroma proses pembusukan bahan organik. Namun setelah berumur 1 bulan lebih, aroma tak sedap akan sangat menurun, sehingga bisa dikatakan hampir netral.

Setelah pemakaian hampir 1,5 bulan saya melihat kemajuan pada tanaman sangat besar. Tanaman cabe saya yang ditanam di polybag ukuran 25x30 berbuah sangat lebat. Begitu juga dengan tanaman sawi yang ditanam di bawah pohon delima, di mana semula tanahnya agak keras, sekarang sawi tumbuh gemuk. Demikian juga dengan buncis dan mentimun.

Saya juga tercengang, karena anggur yang saya tanam di pot juga bisa berbuah walau hanya dengan pemupukan JLF dan pupuk kandang (tanpa MKP, KNO3, ataupun NPK sama sekali).

JLF sendiri saya pakai sebagai pupuk lanjutan setelah pada tahap awal membuat racikan media tanam berupa pupuk kandang, sekam bakar, dan tanah dengan perbandingan 1:1:1.

Frekuensi pemberian JLF 1-3x per minggu, dengan cara dikocor. Dosis yang saya pakai, dengan perbandingan 10-20 ml JLF dicampur 1 liter air biasa.

Mandiri Pupuk adalah Kemerdekaan

Kemandirian dalam pengadaan pupuk sangatlah besar pengaruhnya terhadap pertanian skala besar maupun kecil. Namun,saya tidak akan membahas dari sudut pandang pertanian skala besar, karena itu bukan ranah saya. Tetapi dalam skala kecil, saya bisa merekomendasikan bahwa ketika kita tahu cara membuat pupuk dengan biaya sangat murah dan cara yang mudah, tak ada alasan lagi untuk tidak bercocok tanam. 

Limbah organik dari dapur atau halaman kita adalah pupuk. Dan jika dibuat alur cepat, maka bisa disimpulkan, limbah organik dari dapur atau halaman kita adalah makanan kita. 

Saat kita tidak lagi perlu bergantung secara berebihan kepada unsur eksternal, bukankah hal itu merupakan kemerdekaan?