Pertanian organik metode JADAM kini makin dikenal luas. JADAM sendiri adalah sebuah singkatan dalam bahasa Korea, yaitu Jayonul Damun Saramdul yang artinya "Orang-Orang yang Menyerupai Alam". 

Metode JADAM mulai dipopulerkan pada tahun 1991 oleh penemunya, yaitu Youngsang Cho. Beliau lulusan ilmu kimia di Universitas Aju, Korea Selatan, dan lulus magister pada jurusan Hortikultura di Universitas Nasional Chungnam.

Setelah sempat menjalani dinas militer pada pasukan khusus di negaranya, beliau lalu hijrah ke sebuah daerah bernama Asu, dan mulai bertani di sana. Dengan ilmu kimia dan pertanian yang dimiliki, Mr. Youngsang Cho lalu melakukan riset untuk membuat  pestisida/insektisida organik yang ramah lingkungan dan juga pupuk organik yang bisa didapat dengan mudah di lingkungan sekitar. Maka terciptalah konsep atau sistem yang diberi istilah Ultra-Low Cost (ULC) Agriculture atau Pertanian Berbiaya Sangat Murah. 

Salah satu produk risetnya dalam hal pestisida organik adalah JWA (Jadam Wetting Agent). JWA adalah salah satu komponen penting dari beberapa jenis pestisida organik ala JADAM. Fungsi JWA adalah sebagai perekat yang dicampurkan dengan bahan lain saat aplikasi penyemprotan. Bahan lain yang dimaksud seperti ramuan pestisida nabati dan JADAM sulfur (cairan belerang).

Mengapa JWA dianggap penting? Karena saat kita menyemprotkan pestisida, umumnya cairan tidak bisa bertahan lama ada di permukaan tanaman. Hal itu membuat pestisida menjadi kurang efektif dalam melumpuhkan hama. JWA diperlukan agar cairan pestisida organik menjadi lebih kental/lengket sehingga dapat menempel kuat pada tanaman dan mengalahkan hama/jamur/bakteri.

Ilmu pertanian organik JADAM disebarluaskan oleh penemunya secara open source tanpa lisensi. Hal itu merupakan wujud dari cita-cita Mr. Youngsang Cho yang ingin agar petani di seluruh dunia mampu berdaya untuk menghasilkan produk pertanian ramah lingkungan yang berbiaya sangat murah.

Nah, kali ini saya akan membagikan resep pembuatan JWA dalam kapasitas 5 liter.

Cara Membuat JWA Kapasitas 5 Liter

Bahan:

- 160 gram KOH (Kalium Hidroksida) berbentuk kepingan atau flakes.

(CATATAN: Hati-hati menggunakan KOH, karena bersifat korosif. Jangan sampai terkena tangan, karena kulit bisa mengalami luka bakar)

- 125 ml air 1 (untuk melarutkan KOH)

- 4 liter air 2 (untuk mengencerkan larutan)

Catatan: gunakan air lunak (air hujan, air sisa pembuangan AC, atau air yang telah disuling)

- 900 ml minyak nabati (canola, sawit, atau minyak nabati lainnya)

 

Alat:

- Ember tahan panas kapasitas 10 liter

- Pengaduk kayu

- Hand Mixer/Blender  jika membuat dalam kapsitas kecil atau pengaduk cat yang dihubungkan dengan bor listrik jika membuat dalam kapasitas besar.

(Pengaduk cat dapat di beli secara online Klik tautan berikut =>
Beli Pengaduk Cat)

- Gelas ukur

- Timbangan

- Sarung tangan karet untuk melindungi tangan dari terpapar KOH. 


 Langkah-langkah Pembuatan



1. Tuangkan air 1 (125 ml) ke dalam ember

2. Masukkan KOH pelan-pelan.

3. Air akan panas dan mendidih setelah KOH dimasukkan, karena itu, tutup ember supaya uap dari KOH tidak terhirup. Lalu guncang ember perlahan agar KOH larut merata. Lakukan selama kurang lebih 5 menit. Setelah dianggap larut, kita buka tutup ember.

4. Tuangkan minyak ke dalam ember lalu aduk sebentar dengan pengaduk kayu untuk membuatnya merata.

5. Lanjutkan pengadukan menggunakan hand blender atau bor listrik supaya lebih cepat larut. Lakukan pengadukan hingga larutan berubah menjadi kental dan berwarna kuning pucat seperti mayonaise. Bersihkan bor/hand blender dan masukkan sisa adonan yang menempel ke dalam ember.

Kemudian tutup ember lalu diamkan adonan hingga 24-72 jam untuk melakukan pematangan, di mana adonan nanti akan mengeras.

6. Setelah minimal 24 jam, kita dapat melakukan proses berikutnya, yaitu menambahkan air 4 liter dalam dua tahap. Pertama, tuangkan dulu 500 ml untuk membasahi adonan.

7. Aduk memakai hand blender atau bor sampai terlihat homogen. Selanjutnya masukkan sisa air (3,5 liter) dan lakukan pengadukan lagi.

Larutan akan terlihat berbusa banyak setelah dilakukan pengadukan cepat. Karena itu, bisa kita diamkan dulu selama 1 jam, lalu lakukan pengadukan ulang setelah itu, sebanyak 3-4 kali lagi dengan interval 1 jam. Targetnya, larutan menjadi homogen sehingga membentuk sebuah cairan kental yang siap disimpan.

8. Setelah 3-4 kali pengadukan. Adonan dapat disimpan terlebih dahulu hingga beberapa jam atau hingga keesokan harinya. 

9. Setelah didiamkan selama 24 jam, biasanya larutan yang semula berbusa akan berubah menjadi kuning muda bening (transparan), dan saat itulah JWA siap disimpan, baik di dalam ember maupun di dalam botol. 

Selain sebagai perekat pestisida, JWA juga pada dasarnya adalah sabun cair organik yang dapat digunakan untuk mencuci piring, baju, dan juga sampo. Sangat berguna, bukan?

 

Aturan Pakai JWA sebagai Wetting Agent dengan Pestisida Organik

Perbandingan JWA dengan air untuk diaplikasikan pada tanaman adalah 10-30 ml/liter air. Dan larutan tersebut dapat dicampur dengan pestisida nabati  dan juga JADAM Sulfur.

 

Selamat mencoba!