Pada cara tanam konvensional, gulma kerap jadi prioritas utama pemusnahan sebelum fase menanam dimulai. Lahan tanam disiapkan bersih dari tumbuhan liar, dan supaya lebih cepat prosesnya, tak jarang petani memakai racun gulma atau herbisida, sehingga rumput-rumput mati kering gosong dalam sekejap. Dan kalau baca buku SILENT SPRING, karya Rachel Carson, kita pasti tahu, kemana dampak herbisida akan bermuara, ke sumur, ke sungai, ke sawah, ke laut, meracuni banyak biota berguna dan bahkan manusia. Pertanyaannya, haruskah sampai sedemikian keras petani memusuhi gulma? Apakah memang benar gulma adalah musuh tanaman? Pertanyaan sederhana itu membawa saya untuk mencari jawaban.

Meskipun saya sudah baca pengalaman Masanubo Fukuoka yang bertani dengan caranya yang "malas" itu, namun saya belum secara sengaja menguji praktik menanam yang melibatkan gulma alih-alih memusnahkannya. Karena itulah, pada musim tanam sekarang saya penasaran mencobanya langsung.

 


 

Uji coba saya lakukan pada tanaman buncis, yang benihnya saya ambil dari panenan sebelumnya. Pupuk yang saya pakai, hanya satu kali taburan pupuk kandang dan sisanya saya pakai POC (Pupuk Organik Cair) dari fermentasi rumput-daun untuk fase vegetatif dan campuran POC kulit buah pada fase generatif.

Untuk pengolahan tanah, saya menggemburkannya dengan garpu alakadarnya, hanya untuk membuat tanah terbuka, sehingga saya bisa memasukkan benih. Sementara rumput-rumput yang ada di sekitarnya, saya biarkan saja tanpa dicabut.

Satu bulan pertama, saya lihat tanaman memang tidak segemuk sebelumnya, di mana saya mengkondisikan tanah begitu rapi (tanpa rumput liar). Keraguan sempat muncul. Tapi saya niatkan untuk lanjut, karena kesimpulan saya bisa jadi masih terlalu dini.

Selang dua minggu kemudian, saya lihat daun-daun tetap tak selebar daun buncis pada musim tanam sebelumnya, tapi kabar baiknya, bunga-bunga kecil mulai bermunculan. Saya lanjut memberinya pupuk organik cair 3x seminggu.

Dan, setelah dua minggu berikutnya, saya perhatikan mulai ada kejutan. Sekalipun daun bagian bawah relatif kecil, namun daun-daun bagian atas mulai berukuran besar, dan bunga-bunga yang banyak bermunculan serta sebagian telah berubah menjadi buah. Tinggal satu tahap lagi, saya menunggu, apakah ukuran buahnya setara dengan buncis pada musim tanam sebelumnya?

Nah, hari tadi saya mulai uji lihat dengan melakukan panen agak banyak. Ternyata, ukuran buncisnya tak jauh beda dengan buncis sebelumnya dan bahkan lebih gemuk serta manis. Dan untuk urusan lebatnya buah, pada musim tanam sekarang, rambatan malah sempat roboh karena penyangga tampaknya menahan beban buah yang terlalu banyak.

 


 

Berdasarkan pengalaman tersebut, minimal saya bisa meyakinkan diri saya sendiri dan menarik kesimpulan sementara. Tanaman dan gulma bukanlah musuh, tapi bisa jadi bersinergi. Mereka saling bermutualisme tanpa kita sadari. Salah satunya, rumput/gulma pada musim kemarau justru melindungi tanaman inti dari terik matahari berlebih, sehingga tanaman inti tidak gampang kering sekalipun telat disiram. Selain itu, bisa jadi ada mutualisme lain yang tidak bisa diketahui dengan pasti karena keterbatasan kita memahami. Namun intinya, ternyata tanaman baik-baik saja, walaupun ada gulma tumbuh di dekatnya.